Sebagaimana halnya dengan keterampilan lain, untuk dapat menjadi penyimak yang baik perlu latihan. Melatih diri dan menghindari kebiasaan-kebiasaan jelek dalam menyimak dapat menjadi terbiasa sekaligus akan menjadikan Anda menjadi penyimak yang baik. Kebiasaan menyimak yang jelek akan merupakan kendala untuk menjadi penyimak yang baik. Sebagai pedoman untuk melatih diri menjadi penyimak yang baik, berikut ini akan diuraikan beberapa kebiasaan jelek dalam menyimak
1. Kebiasaan Menyimak Terputus-putus dan Melompat-lompat
Kecepatan rata-rata berbicara dalam satu menit lebih kurang 125 patah kata. Kecepatan rata-rata orang berpikir bila dihitung dengan jumlah kata permenit ada 4 kali kecepatan orang berbicara. Oleh karena itu, dalam tiap menit pembicaraaan pendengar mempunyai jatah waktu untuk 500 perkataan, Jadi kelebihan dari pembicaraan adalah 375 patah kata. Apa yang terjadi dengan kelebihan jatah waktu ini?
Orang yang mempunyai kebiasaan menyimak yang baik selalu berusaha menghindari ”tamasya jiwa” sewaktu menyimak pembicaraan orang. Ia akan mencurahkan perhatian dan pikiran sepenuhnya kepada masalah yang dibicarakan oleh pembicara. Jatah waktu lowong itu bukan dipergunakannya untuk ”bertamasya jiwa” ke luar bidang yang sedang didengarkannya, melainkan untuk memikirkan apa yang dikatakan oleh pembicara. Hal ini tidak mudah, sebelum Saudara menguasai suatu pola berpikir yang harus diikuti. Untuk menguasai pola-pola berpikir itu, sebaiknya Saudara berusaha melatih diri dengan hal-hal sebagai berikut:
- Coba satukan pikirkan dengan masalah yang sedang diuraikan oleh pembicara. Berdasarkan apa yang telah dikatakan oleh pembicara, bertanyalah dalam diri: ”Apa yang sesungguhnya ingin dilakukan atau dikemukakan oleh pembicara ini?”
- Coba rangkumkan dalam ingatan apa-apa ang diuraikan oleh pembicara. Masalah apa sesungguhnya yang telah diuraikannya, mana bagian yang sudah jelas dan mana yang belum.
- Pertimbangkanlah bukti-bukti yang telah dikemukakan pembicara dalam hati. Bila pembicara menjelaskan fakta-fakta, bukti-bukti, atau data statistik, bertanyalah dalam diri: ”Apakah itu tidak merupakan prasangka pembicara saja? Saya lebih banyak megetahui hal itu dari pembicara, apa pembicara mengemukakan itu kepada saya hanya untuk menguji pendapat saya?”
- Dengarkanlah uraian pembicara berdasarkan kelompok-kelompok pikiran yang dikemukakannya, bukan mendengarkan kalimat demi kalimat yang diucapkannya saja. Seseorang tidak selalu menempatkan hal-hal yang penting dalam kata-kata. Perubahan nada suara dan volume suara mungkin lebih besar artinya. Sebagian pembicara mungkin menguraikan pokok-poko pembicaraannya melalui mimik, gerak tangan, atau gerak tubuhnya.
2. Menyimak Hanya dengan Cara Mengambil Fakta-Fakta Saja
Pernahkah Saudara berkata: ”Bila saya mendengarkan uraian seseorang saya hanya mengambil fakta-faktanya saja”. Bila demikian, maka Saudara sesungguhnya adalah seseorang pendengar yang jelek. Penyimak yang baik akan menghindari cara yang demikian. Ia berusaha mendengarkan pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam uraian itu, bukan hanya mengambil fakta-faktanya saja. Bila suatu fakta diceritakan kepada Saudara, bandingkanlah dengan fakta lain, bukan menghafalkannya. Coba ingat hubungan antara fakta-fakta itu.
Saudara akhitnya akan mengetahui bahwa pembicara menjelaskan fakta-fakta itu sekaligus untuk menjelaskan persoalan pokok yang ingin dikemukakannya. Tangkaplah gagasan-gagasan pokok tersebut, jangan hanya menghafal deretan fakta-faktanya saja.
3. Hanya Ingin Menyimak Bagian Tertentu karena Desakan Perasaan Tertentu
Pada saat menyimak, kadangkala ada uraian, ungkapan, atau kata-kata tertentu yang sangat mempengaruhi perasaan kita. Sayangnya, kita sering hanyut dalam perasaan tersebut; sehingga kita tidak lagi mendengarkan uraian selanjutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi peroses penyimakan kita.
Sebaiknya, peristiwa tersebut harus dihindari, berusaha melupakannya, kembali menyimak uraian yang berikutnya secara kontinu. Menyimak secara kontinu dan sungguh-sungguh akan terhindar dari kesalahan dalam menangkap topik-topik dan simpulan dari suatu pembicaraan.
4. Menyimak dengan Perasaan Sangat Mudah Tersinggung
Setiap manusia normal mempunyai perasaan tersinggung. Tingkat ketersinggungan tersebut berbeda-beda dan cepat-lambatnya seseorang merasa tersinggung pun berbeda. Ada orang yang mudah/sangat mudah tersinggung, ada yang mampu menahan.
Berbagai perasaan tertentu, dapat membuat orang semakin mudah tersinggung. Bila hal ini terjadi pada saat menyimak, prose penyimakan akan terganggu, mungkin berhenti menyimak. Bahkan dalam situasi seperti ini, sering seorang penimak justru mencela pembicara atau pembicaraan. Hal yang mungkin terjadi adalah penyimak mencoba mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan dan mencemoohkan pembicara. Jelas hal ini akan merugikan penyimak, karena pembicara akan terus melanjutkan pembicaraannya, akhirnya penyimak tidak dapat menangkap pokok-pokok pembicaraan.
5. Kebiasaan Menghindari Hal-hal yang sulit
Tidak sedikit orang yang selalu menghindari uraian atau hal-hal yang sulit ketika menyimak. Mungkin terbentur oleh kata-kata yang sulit dimengerti, juga kalimat yang sulit dicerna. Jika saudara terbiasa melakukan yang demikian, berarti Saudara masih tergolong penyimak yang jelek. Sebab Saudara menghindarkan diri dari uraian yang sesungguhnya memerlukan perhatian penuh.
Orang yang terbiasa berusaha memahami hal-hal yang sulit dari apa yang disimak atau dibacanya, tingkat kecerdasan (Intelligentsia Quality) orang tersebut akan semakin cepat bertambah. Pertambahan ini akan membuat orang semakin cepat memahami sesuatu hal. Daya pikir untuk menambah pengetahuan dan pengalamannya akan semakin mantap. Oleh karena itu, berusahalah memahami hal-hal sulit.
Jika terbentur pada kosakata sulit, usahakan memahami dengan cara menghubungkan apa yang sudah didengarkan dan yang akan disimak berikutnya; demikian pula terhadap kalimat atau uraian-uraian yang sulit. Tanyakan kepada pembicara bila masih belum mengerti. Bila tidak ada waktu untuk bertanya atau enggan menanyakan carilah di dalam kamus arti kata-kata sulit tersebut. Jika masih belum puas, beranikan diri untuk bertanya langsung kepada pembicaranya pada waktu yang tepat. Jangan membiarkan hal tersebut karena malas atau enggan bertanya. Hal itu akan dapat menambah beban pikiran bagi si penyimak.
6. Menyimak dengan Memandang Enteng, Merasa Tak Perlu Mendengarkan
Banyak faktor yang membuat orang menganggap enteng terhadap pembicara atau pembicaraan. Biasanya untuk orang yang berada di bawah usia kita, yang sikapnya kurang sopan, yang kurang rapi, atau cara bicaranya kurang baik, kita akan memandang enteng terhadapnya. Demikian pula ketika seseorang berbicara, mungkin Saudara merasa bahwa pembicara terlalu banyak mengemukakan hal-hal yang terlalu sering dibicarakan orang. Lalu Saudara berkata dalam hati, ”Ah, tak ada yang menarik dalam pembicaraan itu”. Selanjutnya, Saudara memandang enteng terhadap pembicaraan dan membiarkan pikiran Saudara terbawa arus pikiran sendiri atau ”tamasya jiwa”. Tentu saja, dengan cara ini Saudara tidak dapat memahami dengan baik uraian atau inti pembicaraan.
Penyimak yang baik selalu akan mendengarkan seluruh uraian itu lebih dahulu dengan baik, sehingga ia mengetahui apa yang sesungguhnya menarik. Namun demikian, sering juga kita temukan pembicara yang sangat membosankan. Biasakanlah menyimak dengan baik setiap uraian yang disimak. Jangan biasakan meremehkan pembicara atau pembicaraan, karena mugkin saja ada sesuatu yang bermanfaat untuk kita.
7. Suka Mengecam Pembicaraan dan Tampang Pembicara
Sama halnya dengan kebiasaan memandang enteng, tidak sedikit orang yang mempunyai kebiasaan suka mengecam pembicaraan dan tampang pembicaraan ketika menyimak. Sayang sekali jika Saudara langsung mengecam pembicaraan atau tampang pembicara pada saat menyimak, padahal besar kemungkinan hal yang sedang disimak sangat besar gunanya untuk Saudara.
Sayang, jika Saudara langsung mengeritik tampang seseorang, dari segi wajahnya, cara berbicaranya, cara berpakaiannya. Tunggu dulu sampai pembicara selesai berbicara. Penyimak yang baik tidak mengecam begitu saja setiap pembicara sebelum memahaminya. Sebab, bobot pembicaraan tidak selalu tergantung pada wajah, cara bicara, pakaian, dan kebersihan pembicaranya.
8. Kebiasaan Menyimak dengan Cara Pura-pura Menyimak
Disebabkan oleh suatu hal, banyak orang membuat cara pura-pura menyimak pada saat menyimak, dengan membuat tingkah laku tertentu yang menunjukkan seolah-olah menyimak dengan serius. Tingkah laku tersebut dapat berupa: duduk menyandar sambil melipat tangan di atas meja, megerutkan dahi, mengedip-edipkan mata, menunduk-nundukan kepala, melihat pembicara, bertanya, dan lain-lain yang menunjukkan seolah-olah dia sedang serius menyimak; padahal entah apa yang dipikirkannya, mungkin sedang ”tamasya jiwa”.
Bagaimanapun tingkah laku berpura-pura atau membuat seolah-olah menyimak adalah perbuatan yang menipu atau berbohong pada orang lain sekaligus pada diri sendiri. Dalam menyimak, sifat dan sikap seperti itu sebaiknya dihilangkan atau dihindari. Dengarkanlah uraian dengan sungguh-sungguh, agar dapat lebih dipahami apa yang dibicarakannya.
9. Menyimak Mudah Diganggu oleh Kegaduhan dan Penglihatan
Saat ini kita sering hidup dalam suasana yang seba hiruk-pikuk dan serba gaduh. Bukan saja diganggu oleh keributan, kebisingan, bunyi, atau suara di sekeliling kita, tetapi juga oleh penglihatan. Kegaduhan dan penglihatan ini dapat mempengaruhi kita untuk tidak menyimak. Gangguan ini kadangkala dapat dengan mudah ”menyeret” perhatian kita ke luar dari apa yang sedang kita simak.
Orang yang pandai menyimak selalu berusaha melawan setiap kegaduhan itu. Kadang-kadang kegaduhan itu dapat dilawan dengan jalan menutup pintu, mematikan radio, mendekati pembicara, meminta pembicara agar berbicara lebih keras, dan menghindari gangguan lainnya. Bila gangguan itu masih belum dapat dihilangkan dengan cara demikian, maka jalan yang harus kita tempuh adalah berkonsentrasi sepenuhnya dengan memusatkan perhatian dan pikiran dengan sungguh-sungguh. Isilah pikiran Saudara sepenuhnya dengan apa yang sedang dibicarakan oleh pembicara.
10. Menyimak dengan Selalu Menggunakan Kertas dan Alat Tulis
Salah satu cara menyimak agar mudah diingat dan dipahami dengan sebaik-baiknya adalah dengan menggunakan catatan-catatan. Ketika mencatat kita menggunakan kertas dan alat tulis. Dalam hal ini, kegiatan menyimak ditambah dengan kegiatan menulis. Situasi ini dapat membuat kita menjadi setengah mendengarkan. Apalagi jika waktu untuk menulis lebih banyak tersita ketika menyimak.
Jika Anda menulis ketika menyimak sebaiknya usahakan membuat catatan-catatan ang sangat ringkas, dengan menulis topik-topiknya atau yang penting-penting saja, membuat kode-kode atau singkatan-singkatan yang umum maupun yang dibuat sendiri yang bisa diingat, tidak harus bagus dan rapi, gerak tangan yang cepat, tidak terlalu banyak menyita waktu, menulis pada saat pembicara berhenti atau pada saat melalukan kegiatan lain, ataupun pada saat pembicara menguraikan hal yang bukan pokok pembicaraan, dan lain-lain. Sehingga dengan demikian, kita masih dapat mendengarkan uraian-uraian selanjutnya, tanpa tertinggal oleh pembicaraan-pembicaraan yang penting. Bila saudara banyak tersita oleh waktu untuk menulis ketika proses menyimak, Saudara masih tergolong penyimak yang jelek.
Jika Saudara termasuk orang yang mempunyai kebiasaan menyimak seperti salah satu kebiasaan yang diuraikan di atas berusahalah memperbaikinya sehingga kebiasaan menyimak yang jelek itu tidak Saudara miliki lagi. Ingatlah bahwa kemampuan menyimak sangat penting dalam kehidupan kita, apa pun jenis pekerjaan yang kita lakukan. Mampu menyimak dengan baik adalah kunci untuk sukses dalam segala hal.
Baca Juga Yang Ini, Seru Loo!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar